Pengalaman pertama membawa
mereka terbang tanpa biaya ke Ibu Kota. “Debut” mereka menyebut prestasi
pertama yang mereka dapat di tingkat nasional itu. Kompetisi Pemikiran Kritis
Mahasiswa (KPKM) adalah ajang bergengsi yang berhasil mereka taklukan bulan
September 2013 lalu. Hal ini dibuktikan dengan hasil dari gagasan yang nantinya
akan diberikan langsung kepada kementrian yang terkait secara langsun. Tim beda
angkatan yang digawangi oleh Bima Yudha Wibawa Manopo, Dyah Iswari, Sulistiani ini
berhasil membawa juara peringkat 2 Nasional dengan mengusung Judul karya tulis Manifestasi
Mahasiswa Hukum dalam Sosialisasi Pemilihan Umum guna Meningkatkan Kesadaran
Masyarakat dalam Menekan Angka Golput.
Mereka yang ber-alamamater biru adalah Iswari, Bima, dan Sulis |
Mereka mengaku bukan suatu hal yang
mudah untuk menjadi yang terbaik diantara yang baik. “Nggak percaya.” kata
Bima, begitulah sapaan akrab yang dilontarkan oleh para sahabatnya, saat
mendapat email dari DIKTI yang menyatakan bahwa mereka lolos ke tahap
selanjutnya. “Saya nggak kepikiran
kalau itu pengumuman karena itu sudah lama banget
dari waktu kita ngirim berkas.” dengan gaya bahasa Jawanya yang kental, pria
satu-satunya di tim itu bercerita tentang pertama kali dia mendapati email dari DIKTI. Awalnya, dia berniat
untuk tidak menceritakan kabar bahagia itu kepada rekan tim yang lain. Dia
bermaksud akan memberi kabar itu secara langsung. Kedua rekan Bima, yaitu
Iswari dan Sulis ternyata susah untuk dihubungi. Hingga beberapa hari setelah
Bima mendapati kabar bahagia itu barulah tim itu dapat berkumpul secara lengkap
karena tidak sengaja bertemu di salah satu sisi kampus.
“Kita berdua langsung sujud syukur
sampai nangis.” Terang Iswari dengan mata berbinar kembali mengingat momen
bahagia itu. Perasaan lega hinggap di kedua mahasiswi angkatan 2012 itu jelas
terlihat saat menceritakan kejadian saat itu. Rasa ketidak percayaan masih
bersarang di dalam benak tim tersebut mengingat mereka mengerjakan tulisan
tersebut pada saat Pekan Hukum Nasional 2013 diselenggarakan dan mereka berada
pada posisi penyelenggara. “Saya merasa bersalah dengan Iswari dan Sulis,
karena pada saat proses pengerjaan saya tidak selalu ada.” ucap Bima yang di
sambut senyum rekan satu tim nya.
Dalam waktu 10 hari mereka berlomba
dengan waktu untuk mempersiapkan segala peralatan tempur yang mereka perlukan
saat nanti di Jakarta. Waktu tetap berjalan hingga pada akhirnya mereka
mendarat di tanah Ibu Kota, Jakarta. Mereka sempat dikabuti rasa tidak percaya
diri berhadapan dengan almamater universitas lain. “Iswari yang paling nervous.” tunjuk Sulis kepada salah satu
temannya yang pada saat itu tersipu malu. Menurut keterangan dari tim tersebut,
mereka harus menunggu dari pukul 3 sore hingga pukul setengah 10 malam. Rasa
jenuh dan rasa gugup semakin memuncak pada waktu itu. Tapi kesempatan seperti
itu tidak mereka sia-siakan begitu saja, mereka banyak belajar hal-hal baru di
saat proses menunggu tersebut. Kesembilan tim yang berlaga menjadi guru mereka
untuk belajar. Mulai dari cara presentasi yang baik, presentasi yang
menyenangkan, gaya perilaku saat presentasi dan ilmu-ilmu baru mereka saring
untuk mereka konsumsi dan mereka bagi saat kembali ke kota asal. “Dapet kenalan dari luar pulau.” kata
Bima bersemangat. Tim ini selain mendapat ilmu mereka juga mendapat saudara
baru, begitu mereka menjelaskan.
Bima membuat mereka percaya, saat kita
berpikiran positif untuk menang, maka kemenangan akan didapat. Dia juga
berkata, “MOVE ON” dengan arti bahwa kita juga harus bisa berpindah dari
kompetisi yang satu ke kompetisi yang lain, menang atau kalah itu bukan suatu
masalah. “Jangan pernah takut mencoba, first
experience is an unforgettable experience for us.” timpal Sulis mencoba
untuk memotivasi.
Mereka berniat akan membagi ilmu yang mereka
dapat kepada teman-teman yang lain dengan maksud agar teman-temannya dapat ikut
mengukir nama baik dan membawa warna biru almamater kebanggaan ini kekancah
yang lebih tinggi. Mereka pun akan berpisah sebagai tim untuk menyebarkan ilmu
dan pengalaman yang mereka dapat ke teman-teman yang lain. Perjuangan mereka
berlum berakhir sampai disini saja, dalam waktu dekat ini Iswari, Sulis, dan
Bima akan kembali menuangkan berbagai macam gagasan mereka kedalam tulisan di
sebuah kompetisi.
Sepenggal cerita dari teman, secercah
cahaya baru yang mereka bagikan semoga dapat menjadi titik awal langkah kita
untuk terus berprestasi dan berkreasi.
0 komentar:
Posting Komentar